LUBUKLINGGAU, Petira – Hj Yetti Oktarina Prana, Ketua Dekranasda Lubuklinggau didampingi Ketua GOW Kota Lubuklinggau, Hj Sri Haryati Sulaiman, Ketua DWP Lubuklinggau, Hj Rika Rahman dan Endang Puspita Armeidi menghadiri konferensi pers bersama JYK dan Institute Moda Burgo Indonesia melalui zoom meeting, bertempat di Command Center Pemkot Lubuklinggau, Rabu (13/10).
Dalam konferensi pers tersebut, hadir juga mewakili KBRI Roma, Esti Andayani yang diwakili Lefiana. Kemudian, Jenny Yohana Kansil selaku Founder JYK dan Febrita Lustiana Herman Deru selaku Ketua Dekranasda Provinsi Sumsel.
Lefiana, yang mengikuti zoom secara langsung dari Italia mengungkapkan rasanya sehingga batik durian bisa tampil di Milan Fashion Week yang merupakan ajang bergengsi internasional. Dia menyebutkan, sebelumnya Indonesia juga pernah ikut serta dalam ajang yang sama.
“Acara sebelumnya, pada Februari 2020, desainer Indonesia juga berpartisipasi pada ajang ini dengan menampilkan fashion khas Indonesia,” katanya.
Sudah tentu lanjut dia, momentum seperti ini perlu terus dijaga, menjaga kehadiran di ajang fashion dunia penting dan perlu dilakukan.
“KBRI Roma mendukung penuh JYK dan promosi batik durian ini. Apresiasi juga karena kita bisa menampilkan 10 busana dan 40 kain batik durian khas Lubuklinggau. Terimakasih ibu Rina Prana selaku Ketua TP PKK sekaligus Ketua Dekranasda Kota Lubuklinggau dan ibu Jenny Kansil yang telah memperkuat diplomasi batik Inddonesia di Italia,” paparnya.
Tidak hanya itu, ada pula sambutan positif dari berbagai pihak di Italia baik masyarakat maupun media. Tidak hanya motif, namun proses pembuatan yangg ecofriendly dan alami.
“Hal ini juga mampu memperkuat ekonomi kreatif bagi desainer dan UMKM di Indonesia. Saya yakin, akan semakin menciptakan peluang promosi dan ekspansi produk fashion Indonesia di dunia internasional,” tutupnya.
Hj Yetti Oktarina, dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa dirinya tidak mengira batik durian bisa secepat ini menembus pangsa pasar Internasional. “Saat pertama saya diajak ibu Jenny, saya ragu karena batik durian masih sangat muda. Masih banyak batik lain di Indonesia yang sudah lama,” katanya.
Namun demikian, Rina, sapaan akrab Yetti Oktarina Prana percaya bahwa batik durian akan berhasil di Milan, Italia. Sebab tekniknya sendiri dalam menciptakan warna batik dilakukan secara alami.
“Ini adalah teknik baru yaitu dengan warna alami pinang dan jengkol. Mengapa batik motif durian, karena menurut saya durian di Lubuklinggau adalah yang terbaik dan penghasil durian. Di Lubuklinggau juga durian sangat banyak dan ada satu wilayah yang memang sangat unggul dari hasil duriannya,” bebernya.
Untuk motif durian sendiri, istri dari H SN Prana Putra Sohe ini mengatakan awalnya ia hanya motif durian berbelah saja. Namun sekarang untuk pengembangannya sudah motif durian utuh, masih di batang maupun motif lainnya.
” Minat batik durian sudah melonjak drastis sekarang, sejak dari Milan, minat melonjak berkali, saya tidak menyangka bahwa batik durian bisa mendunia secepat ini . Saat ini saya optomis bahwa batik durian akan menjadi wastra dari Indonesia untuk dunia,” ungkapnya.
Hj Febrita Lestiana Herman Deru, Ketua Dekranasda Provinsi Sumsel mengaku bangga dan mengucapkan terima kasih kepada Yetti Oktarina Prana atas kolaborasinya memperkenalkan nuansa daerah ke lancah Internasional.
“Ditengah pandemi, bisa berkarya dan melebihi dari yang diharapkan. Saya apresiasi atas yang telah dilakukan, hingga terus berkembang dengan segala inovasi. Konsistensi dan kominten, membuahkan hasil yang membanggakan bukan hanya bagi warga Lubuklinggau, dan Sumsel bahkan Indonesia. Kolaborasi ini diharapkan juga dilaksanakan dekranasda di Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan.
Editor : M. Ikhwan Amir