MUSI RAWAS, Petisirakyat.com – Statement kontroversial Kepala Dinas PU Bina Marga Kabupaten Musi Rawas Alawiyah, ST yang memutuskan Pembatalan yang begitu mendadak pembangunan jembatan yang membelah sungai musi di Desa Pelawe sontak menimbulkan reaksi di kalangan tokoh-tokoh masyarakat Pelawe.
Salah satu tokoh pemuda asal pelawe Alfian Hasan dalam siaran persnya mengecam keputusan Kadis PU BM itu.
” Sebagai tokoh pemuda pelawe, kami merasakan apa yang disampaikan Kadis PU Musi Rawas sangat menyakitkan kami dan alasan pembatalan terlalu mengada- ada terkait salah perhitungan dalam perencanaan sehingga kembali menstop rencana pembangunan tersebut. Pembatalan ini membuat sebagian masyarkat desa pelawe merasa terzolimi dan dibohongi “.
Kami tetap kukuh, pembangunan harus berlanjut karena desa pelawe merupakan desa penyumbang PAD terbesar ke kabupaten Musirawas yang berasal dari kekayaan perut bumi desa pelawe dari minyak, gas, perkebunan sawit dan lain lain sehinga pemerintah seharusnya memprioritasan pembangunan itu pada desa yang terdampak langsung, ujar Anggota BPSK Kota Lubuklinggau ini.
” Enam tahun tugu pancang jembatan yg telah ada menunjukkan betapa koorperatif dan sabarnya masyarakat pelawe pada pemerintah, yang seharusnya pambagunan bukan hanya dari pemerintah saja tapi dari perusahaan perusahaan di sekitar desa pelawe. Kenapa pelawe minim pembagunan dan insprastruktur, sentuhan pembangunan dan perhatian dari pemerintah kami rasakan termarjinalkan dan diakriminasi pada desa kami “.
Wakil Ketua MPC PP Lubuklinggau menegaskan yang perlu diingat bahwa SDA pelawe sudah berkontribusi kepada pemda dari tahu 80-an sampai sekarang tapi hasilnya bisa di cek sendiri apa yang kami dapat masih sangat sangat menyedihkan.
Dan perhatian juga kurang pada SDM masyarakat pelawe,pelatihan pelatihan keakhlian yang seharusnya didapat oleh warga sangat sangat minim, yang bekerja disemua lini hanyalah sebatas buruh biasa jabatan jabatan dengan posisi menengah keatas masih diduduki oleh orang luar sehinga kembali lagi masyarakat asli cuma menjadi penonton di desa sendiri,dengan kejadian tersebut saya rasa dan kami nilai klau memang menjadi anak tiri sudah selayaknyA KAMI mengajukan gabung kekabupaten lain karena kami merasa selalu dibohongi dengan angin surga pemerintah.
Di tempat terpisah M. Febriansyah Ketua Fraksi Pdi Perjuangan DPRD Kabupaten Musi Rawas saat ditemui di kantor nya mengatakan ” Pada prinsipnya sebagai anggota DPRD Dapil 6 yang mewakili desa pelawe, kami sangat kecewa atas keputusan Kadis PU Bina Marga Alawiyah, ST yang sekonyong-konyong membatalkan pembangunan jembatan pelawe
Masyarakat sangat gembira ketika jembatan itu kembali dilanjutkan pembangunannya, karna selama ini kalau menuju desa pelawe harus mutar dari SP.9 lewat simpang kene. Pengesahan anggaran sekitar 9 milyar karna pada saat itu saya di Banggar dan itu sudah ketok palu november 2021, pelaksanaannya untuk tahun 2022. Ujar Febri, saya sangat terkejut tiba-tiba berubah dan batal ujar Ketua Banteng Muda Indonesia Kabupaten Musi Rawas ini.
Ungkapan kekecewaan masyarakat yang merasa kecewa dan dianaktirikan sehingga muncul seruan untuk memisahkan dari Musi Rawas dan ingin bergabung ke kabupaten lain, dalam demokrasi adalah sah-sah saja, dan itu bagian dari hak masyarakat.
Teks & Editor : awang