Palembang, Petira – Hari Kartini yang diperingati setiap tahunnya pada tanggal 21 April harus menjadi refleksi bersama untuk membangun peradaban yang maju dan sejahtera.
Nyatanya, sampai sekarang masih terjadi intimidasi dan kriminalisasi yang dialami oleh perempuan. Salah satunya yang baru saja terjadi tindak penganiayaan pemukulan dengan tangan yang dilakukan oleh J beberapa hari lalu kepada Perawat Christina di RS Siloam Sriwijaya.
Dari sini, dapat dipahami bahwa perempuan rentan menjadi objek kekerasan di ruang lingkup terbuka. Tidak hanya itu, pelecehan secara verbal maupun fisik rentan dialami oleh Perempuan.
Jubir Prima Sumsel, Desta Nurkhoiriyah, S.H.I kepada Petisirakyat.com mengungkapkan bahwasanya dalam konsepsi R.A Kartini sangat menentang tradisi feodal yang menindas apalagi kesewenang-wenangan yang dilakukan, padahal rakyat itu kedudukannya sama dan setara dalam hak.
Intimidasi dan Kekerasan tidak hanya terjadi kepada perempuan saja, masyarakat umum pun rentan mendapat perlakuan seperti itu.
“Seperti penindasan buruh, konflik agraria terhadap petani, mahasiswa, maupun aktivis sosial juga rentan mendapat indtimidasi yang diakibatkan karena kepentingan dan sistem feodal yang masih tertanam membuat perilaku sewenang-wenang terhadap orang lain,” ujarnya saat diwawanacara, Rabu (21/04/2021).
Lanjut Desta, bahwasanya untuk mengikus hal tersebut dibutuhkan kesadaran dan edukasi secara terbuka mengenai persamaan hak dilingkup sosial maupun hukum, bertoleransi, dan paling penting sikap gotong royong harus selalu dijaga, supaya tidak ada lagi kesenjangan antar masyarakat.
” Semoga dengan peringatan Hari Kartini dapat membawa perubahan yang lebih baik dengan meningkatkan kesadaran sebagai makhluk sosial yang seyogyanya menjunjung keadilan dan persamaan hak,” tegasnya.
Maka dari itu, intimidasi dan Kriminalisasi terhadap perempuan harus dikikis dan anggapan perempuan kelas dua dan lemah itu salah.
Seperti yang dikatakan Kartini untuk menjunjung emansipasi wanita, ia sangat menentang perempuan dianggap lemah, pernikahan paksa untuk perempuan, poligami bagi perempuan Jawa kelas atas, dan pentingnya pendidikan bagi anak perempuan.
Maka dari itu, refleksi hari kartini harus menjadi gambaran bahwa perempuan di era sekarang harus berfikir maju dan dapat mensejahterakan peradaban yang ada.
Disamping itu juga, Desta menambahkan banyak tokoh-tokoh peremouan yang ada di Indonesia sebagai role Model seperti RA Kartini, Cut Nyak Dien, Ratu Sinuhun , dan tokoh perempuan lainnya.
“Setiap perempuan itu hebat karena sebagai pendorong pendobrak di segala bidang , dari bidang ekonomi, sosial, maupun budaya untuk terciptanya peradaban masyaraakat yang lebih maju, Selamat Hari Kartini 2021 untuk seluruh Perempuan di Indonesia,” tutupnya. (01.PR)